sALLaM duLuWw...
...wELcOMeEe...
jAm sAbaraha iEu...........
Sabtu, 01 Desember 2007
mEMbAca??eMaNg penTiiNk..!!
Perintah yang pertamakali diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW adalah membaca. IQRO, begitulah wahyu pertamam yang disampaikan oleh Malaikat Jibril 17 Ramadhan di Gua Hiro. Perintah tersebut diturunkan jauh-jauh hari sebelum ada pemikiran-pemikiran progresif dari para profesor atau ahli pendidikan tentang urgensi membaca dalam kehidupan manusia.Berdasar pada itu, berapa kali dalam hidup kita telah dicekoki bahwa kita harus membaca, berulangkali, bahkan sampai anak-anak kita mendapat penjelasan yang sama dari guru-guru (agama) mereka, sama seperti apa yang dijelaskan oleh guru kita dahulu, bahwa perintah pertamakali adalah membaca. Dan sampai sekarang, membaca adalah suatu hal yang jarang (atau kurang) kita sukai.Kita reduksi pengertian membaca, sehingga yang dimaksud membaca disini adalah secara harfiah membaca. Meskipun sudah jauh-jauh hari pemerintah Indonesia mencanangkan gerakan membaca, namun tampaknya hal ini hanya terkonsentrasi pada beberapa daerah saja, yang tingkat pendidikan dan ekonominya cukup maju. Hanya daerah yang memiliki akses pendidian yang maju saja yang bisa menerapkan program gemar membaca tersebut. Sementara daerah yang jauh dari itu semua, ataupun daerah yang biasa-biasa saja tetap tak terlalu memandang penting keberadaan buku di tangan kita.Sebagai daerah yang baru (akan) maju, Majalengka tentunya diharapkan memiliki keinginan untuk maju. Karena telah terang dijelaskan, bahwa sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, bila mereka tidak mengubah sendiri nasibnya. Pertanyaannya adalah hal apa yang telah atau akan dilakukan oleh Majalengka utnuk mencapai kemajuan itu? Apakah dengan adanya pembangunan Bandara Internasional?? Tentunya merupakan suatu kebanggaan bila Majalengka menjadi dikenal karena memiliki Bandara bertaraf (dan bertarif) Internasional, karena memang sebelumnya nama Majalengka tidak dikenal sama sekali oleh orang-orang luar Jawa Barat apalagi Indonesia (kecuali tentunya Alm. Salik Firdaus yang pernah sekali memunculkan nama Majalengka dalam berita). Apalagi yang bisa diketahui oleh masyarakat Indonesia tentang Majalengka?, apakah cukup Bandara Internasional itu saja?Selama menempuh studi di sebuah PTN di Malang, teman-teman saya tidak satupun yang mengetahui daerah Majalengka, sehingga singkatnya orang-orang Jawa Barat yang numpang kuliah di Malang dianggap orang Bandung (walaupun ia berasal dari Majalengka, Garut, Subang dll), karena memang nama Bandung jauh lebih dikenal daripada daerah-daerah lainnya di Jawa Barat. Dan semakin hari, semakin terbersit keinginan untuk menunjukan keberadaan dan keinginan agar Majalengka dikenal oleh teman-teman saya di Malang ini.Ketika berada di Malang, banyak sekali ide dan keinginan untuk mengubah Majalengka menjadi seperti Malang. Banyak hal yang sepertinya cocok untuk diterapkan di Majalengka terdapat di Malang. Salah satunya Perpustakaan Kota. Seingat saya, selama 3 tahun sekolah di Majalengka (saya sekolah di SMU N 1 Majalengka), tidak pernah sekalipun saya menemukan tempat/gudang buku yang bisa dibaca (tentunya bukan persewaan komik). Selama sekolah di sana, memang belum ada kehendak yang nyata dari pihak Kabupaten, maupun sekolah saya sendiri untuk menggalakkan membaca. Koleksi perpustakaan di SMU saya itu juga serba terbatas, meskipun mungkin agak lebih mendingan dibandingan SMU lainnya, tapi menurut saya masih kurang cukup memenuhi kebutuhan orang-orang akan buku.Hal ini diperparah dengan tidak adanya (atau tidak jelasnya) sumber yang dapat dijadikan tempat menemukan berbagai hal tentang Majalengka, dengan kata lain tidak ada instansi tersendiri yang menangani arsip tentang Majalengka. Orang Majalengka seperti saya akan sangat kebingungan kemana akan mencari literatur tentang Majalengka, apakah ke Internet? Beribu-ribu kali mengakses dengan kata kunci Majalengka ke Internet, yang akan anda temui paling tentang profil PEMKAB Majalengka, atau BAPEDDA Majalengka, atau berita-berita dari Pikiran Rakyat, Republika, dll. yang sudah kadaluwarsa sedikitnya satu tahun ke belakang. Lalu bagaimana Majalengka akan diekspose, sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan Majalengka sendiri, kurang bahkan jarang ada yang bisa dilihat, sekalipun oleh orang Majalengka sendiri.Majalengka diibaratkan seorang anak saudagar yang kaya modal, namun karena kesederhanaan dan kepraktisan pemikirannya, maka dia tidak tahu bagaimana memanfaatkan modalnya secara optimal, sehingga bisa menguntungkan dan mendatangkan manfaat yang tinggi baginya. Dilihat dari sumber daya alam, mungkin Majalengka memiliki berbagai macam kekayaan yang bisa menjadi faktor pendorong kemajuan, namun kembali lagi ke teori ekonomi bahwa keunggulan komparatif lebih bisa diandalkan dibandingkan keunggulan mutlak. Sumber Daya Manusia di Majalengka belum bisa diharapkan memenuhi ekspektasi kemajuan Majalengka, setidaknya untuk 5 tahun yang akan datang. Masyarakat Majalengka masih bergumul dengan pemikiran stagnan dan hal-hal biasa, belum ada keinginan-keinginan (setidaknya dari pemerintah kabupaten) untuk memunculkan hal-hal progresif yang bisa meningkatkan taraf hidup dan kualitas sumber daya alam yang dimiliki. Salah satunya adalah seperti saya sebutkan tadi, pengenalan akan Majalengka ke dalam dan ke luar, serta akses masyarakat untuk lebih meningkatkan keunggulan komparatifnya, diantaranya dengan cara menyediakan dan meningkatkan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan proses pembentukan masyarakat yang (lebih) berkualitas. Salah satunya Perpustakaan Kota.Kenapa harus Perpustakaan Kota? Di Majalengka, sulit menentukan dimana letak pusat informasi, sebuah tempat dimana masyarakat bisa menggali informasi dan hal-hal baru lain yang telah, sedang dan akan terjadi. Pemerintah Kabupaten mungkin bisa berdalih, telah ada Dinas yang menangani hal tersebut, misalnya Kantor Arsip Daerah, namun kenyataannya fungsi publikasi dan informasi yang dilaksanakan serba terbatas dan hanya diberikan kepada orang-orang tertentu dan sejumlah syarat-syarat. Masyarakat yang homogen dengan pola kehidupan yang masih terpakem oleh pola tertentu, lebih efektif mendapatkan pelayanan yang bersifat terbuka, tidak berbelit-belit dan tanpa biaya. Adanya akses ke sebuah pusat informasi seperti perpustakaan, setidaknya akan menarik perhatian masyarakat untuk lebih mau dan berani mencari informasi tentang berbagai hal. Pelayanan perpustakaan yang beralur searah dari pemerintah akan membuat masyarakat merasa terpanggil dan terdidik oleh keberadaan pemerintah. Sebaliknya pola pelayanan yang bersifat timbal balik seperti misalnya akses ke Kantor Arsip, memerlukan tekad yang kuat dari masyarakat tertentu yang menghendakinya, sebab terikat pada prosedur formal dan lain-lain yang telah ditetapkan oleh instansi yang bersangkutan.Keberadaan Perpustakaan Kota menajdi sebuah kebutuhan, ketika pemikiran masyarakat menjadi lebih cepat berubah dan dinamis. Tanpa adanya akses informasi yang selalu berkembang, kita akan senantiasa tertinggal satu, dua bahkan beribu-ribu langkah dari daerah-daerah lain. Tidaklah menjadi soal bila Majalengka hanya memiliki satu buah pusat perbelanjaan yang (cukup) elit, akan tetapi kita tidak boleh tertinggal dalam hal keberadaan sarana berkaitan dengan pemberdayaan dan peningkatan sumber daya manusia. Saya percaya bahwa sebagian besar masyarakat Majalengka menginginkan adanya perubahan mendasar dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat umum, setelah dalam kurun waktu yang lama terkurung dalam stagnansi pemikiran dan pembangunan daerah.Hal tersebut hendaknya bukan hanya menjadi wacana yang dibicarakan orang- perorang saja. Majalengka memiliki sumber daya manusia yang tersebar di berbagai daerah yang dapat dijadikan motor ke arah perubahan itu. Hitung-hitungan statistik menyajikan fakta bahwa banyak mahasiswa asal Majalengka yang belajar di daerah lain, belum lagi mahasiswa di Majalengka sendiri, bukankah itu modal awal dari perubahan tersebut?Kegemaran membaca agaknya merupakan hal baru yang jarang ditemui di Majalengka. Hal tersebut hanya dipunyai dan digemari oleh orang-orng tertentu saja, yang memang profesinya menuntut untuk selalu tanggap dan up to date dengan berbagai perubahan yang terjadi. Misalnya anggota Dewan kita yang terhormat, atau para pejabatdi lingkungan Pemerintah Kabupaten. Belum pernah saya melihat ada sopir yang sembari menunggu penumpang membaca koran, atau pelanggan warung makan yang membaca surat kabar yang sengaja disediakan oleh pemilik warung-warung nasi. Merupakan hal miris bila dibandingkan dengan dianugerahkannya penghargaan kepada Bupati Majalengka, penghargaan karena pemberantasan buta huruf. Apakah cukup dengan pemberantasan buta huruf saja? Alangkah lebih baiknya bila kemudian langkh itu dilanjutkan dengan digalakkannya program gemar membaca bagi semua pihak. Caranya? Bisa melalui berbagai media, bisa dengan Perpustakaan Keliling, pendistribusian buku ke berbagai sekolah baik tingkat dasar, menengah maupun lanjutan. Dan yang paling prestisius tentunya adalah dengan mendirikan sebuah Perpustakan Umum di tengah-tengah Kota Majalengka yang strategis, mudah dijangkau masyarakat serta mampu memberikan berbagai informasi tentang Majalengka serta Indonesia bahkan dunia sekalipun. Dengan APBD 300 milyar lebih, sungguh mengkhawatirkan bila Majalengka tidak memiliki alokasi dana untuk itu, atau minimal pengadaan dan penambahan buku-buku di setiap perpustakaan sekolah di Majalengka.Namun itu semua berpulang kepada itikad baik dari Pemerintah Kabupaten Majalengka sendiri, dengan sisa waktu kurang lebih 2 tahun sebelum PILKADA selanjutnya, adakah kehendak untuk memperbaiki tatanan kehidupan masyarakat Majalengka, sebagai pengabdian dan persembahan kepada masyarakat Majalengka sebelum berakhirnya masa jabatan, atau sebagai proyek mencari popularitas untuk dapat terpilih kembali dalam PILKADA yang akan datang, atau merupakan proyek pengadaan (dan penghabisan) dana sebelum berakhirnya masa jabatan. Apapun tujuannya, sekiranya keinginan untuk berubah itu terlaksana, merupakan pemberian yang tak ternilai bagi masyarakat, dan masyarakat Majalengka pada umumnya akan berterima kasih untuk itu. Bersama kita menuju Majalengka yang Cerdas, Transparan dan Berkepribadian.“POTENSI YANG SEMAKIN DILUPAKAN ADALAH KEMAMPUAN UNTUK MENDENGARKAN DENGAN BAIK”
...peNrus iSLaM...
Ada yang sejuk dalam atmosfir remaja saat ini. Paling tidak, atribut yang dikenakan remaja sekarang lebih ‘hijau’. Bukan berarti ikutan program penghijauan, lho. Bener-bener sejuk dan enak dipandang mata. Yang laki tampil kalem dengan baju koko dan jenggot. Yang konon kabarnya adalah aksesoris ‘wajib’ anak masjid. Meski untuk urusan jenggot, belakangan teman-teman remaja—khususnya yang putri— juga dibikin pusing tujuh keliling. Pasalnya, tidak semua yang berjenggot itu adalah ‘ikhwan’. Malah banyak juga anak Ska dan funky yang ‘nyantolin’ jenggotnya di dagu mereka. Malah pake acara dicat segala.
Dan yang putri saat ini sedang betah memakai jilbab. Mudah-mudahan selamanya. Sekarang remaja memang tengah gandrung dengan Islam. Tentu saja merupakan perkembangan yang sangat menggembirakan.
Terus, Brur. Nggak hanya itu, ternyata teman-teman remaja juga mulai getol mengikuti dan ngadain kajian-kajian keislaman. Untuk melegalkan kegiatannya, mereka ramai-ramai mendirikan orga¬nisasi remaja. Coba, udah nggak keitung jumlahnya organisasi remaja masjid.
Di Jakarta saja, remaja masjid yang udah berkibar dengan kegiatan-kegiatan keislamannya lumayan banyak. Ada RISKA (Remaja Islam Sunda Kelapa), Remaja Masjid Cut Mutia, Remaja Masjid Pondok Indah, malah ada juga aktivis Labmend alias Laboratorium Mental Dakwah, dan sebagainya. Tentu saja perkembangan seperti ini perlu terus dipantau dan diarahkan. Soalnya, bila nggak ada bimbingan, khawatir remaja malah cuma ikut-ikutan saja. Sayang kan? Maka, maraknya jilbab, baju koko, dan jenggot yang begitu kental di kalangan remaja seusia kamu harus disikapi dengan serius. Tentu setelah itu adalah diarahkan.
Pekatnya semangat keislaman di kalangan remaja ini diharapkan sebagai counterattack terhadap maraknya budaya pop remaja yang cenderung hura-hura dan bebas nilai. Pembinaan intensif yang mendalam dan jernih serta terarah menjadi keharusan, dan akan mampu menumbuhkan remaja Islam yang handal. Tidak saja mampu menjaga dirinya, tapi juga menularkan kebaikan itu kepada kawan-kawannya. Remaja model begini, bakal mampu menyelamatkan generasi muda dari bahaya kerusakan dalam kehidupannya.
Harus MilitanPerlu diwaspadai, bahwa suasana ini bukan berarti tanpa batu sandungan. Maraknya ‘aksesoris’ Islam yang dikenakan remaja bukan tanpa masalah. Persoalannya adalah, sejauh mana remaja gandrung dengan Islam. Apakah sebatas trend saja atau memang murni muncul dari kesadaran? Ini yang harus perhatikan. Bila itu terbukti cuma trend, tanpa didukung dengan kesadaran dan pasokan tsaqofah yang kuat, bisa berbahaya. Kenapa? Bukan tak mustahil bila kemudian geraknya seperti gaya dewa mabok alias acak-acakan (random move), lalu ambruk dan nggak bangkit lagi. Menyakitkan, bukan?
Jadi gimana, dong? Gini sobat, kita tentu gembira dengan prestasi sebagian dari kamu yang getol menyuarakan Islam. Itu sudah kemajuan tersendiri di tengah haru-birunya budaya Barat yang meracuni pemikiran dan gaya hidup remaja seusia kamu. Artinya, semangat kamu yang menyala-nyala untuk mendakwahkan Islam harus didukung dengan tsaqofah Islam yang tinggi. Dengan kata lain, jangan cuma semangat doang. Tapi harus ada ‘isi’nya. Supaya nggak diledekin dengan peribahasa Tong kosong nyaring bunyinya.
Semangat kamu memakai jilbab, harus didukung pula dengan kajian Islam yang benar. Bukan apa-apa, ketika kamu mengenakan jilbab, pastikan bukan cuma ikut-ikutan atau karena latah mengikuti mode yang berkembang. Tapi harus dipahami sebagai sebuah kewajiban bagi seorang muslimah.
Inilah yang bakal melahirkan generasi Islam yang militan. Tahu kan militan? Ya, idealislah. Atau mungkin bisa juga disebut ‘garang’. Pokoknya, kental banget nilai-nilai Islamnya. Bukan cuma aksesorisnya saja, tapi juga tsaqofah alias ‘isi’nya. Supaya tahan goncangan, terutama bila harus berhadapan dengan kenyataan yang ditemui di lapangan. Tahan banting deh.
Jadi ketika kamu yang cewek berani membakar bikini dan enjoy dengan jilbab, pastikan bahwa nilai Islam itu juga mampu memenuhi pikiran dan perilaku. Soalnya, malu dong, kalo ternyata kamu berjilbab cuma untuk jual tampang doang. Apalagi Islam tak sampai menyentuh sikap dan perilaku kamu. Bahaya bin gawat. Bukan apa-apa, nanti bila kamu terjebak dalam pergaulan bebas, misalkan. Temen-teman kamu yang masih ‘umum’ berkomentar menyakitkan. Tak mustahil bila mereka memukul rata alias mengeneralisir sikap kamu itu untuk semua yang pakai jilbab. Berabe kan? Maka, mulai sekarang isi juga tuh kepala kamu dengan tsaqofah Islam. Supaya pemikiran dan perilakunya juga Islami. Ini termasuk buat yang cowok juga. Bener, nggak?
Supaya bisa begitu gimana? Begini, harus dipahami bahwa Islam bukan cuma teori. Yang hanya bisa dijumpai dalam kitab-kitab atau ilmu ulama. Catet itu. Bener, Brur! Islam bukan cuma teori. Kalau ada yang ngotot mengatakan bahwa Islam itu hanya teori doang, salah besar. Berarti doi nggak paham dengan Islam itu sendiri. Padahal Rasulullah saw dan para sahabat sudah mempraktekkan masalah ini sehingga melahirkan satu umat yang mulai dan tangguh dalam wadah sistem masyarakat Islam di Madinah yang kemudian menjadi pusat dakwah Islam ke seluruh dunia.
Sobat, Islam itu agama yang sempurna yang tidak saja mengatur urusan akhirat, tapi juga menata kehidupan dunia. Islam nggak cuma ngurusi sholat dan puasa doang, tapi juga mengatur bagaimana menyelesaikan problem ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya. Dan memang Islam itu wajib direalisasikan dalam kehidupan. Bila ini yang ditempuh, tak mustahil akan muncul generasi yang mulia dan hebat. Firman Allah SWT: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.†(Ali Imran: 110).
Sikap militan seperti itu tentu akan mudah membedakan mana yang biasa-biasa saja, mana yang sungguh-sungguh. Bahkan semudah membedakan mana warna hitam dan mana warna putih. Tentu saja karena sangat kontras. Bener nggak, Non?
Bayangkan, bila aktivis Islam cuma mengandalkan semangat, sementara ia mengabaikan tsaqofah Islam. Maksud mengabaikan di sini adalah tidak mempelajarinya. Itu sangat berbahaya. Mungkin mbahnya bahaya. Pokoknya bahaya banget deh. Ada contoh menarik, masalah seperti ini pernah dimuat Republika tanggal 8 Januari 1997. Dalam laporan tersebut, sejumlah anak muda yang melakukan Dakwah On the Street (DOS)—yang merupakan salah satu kegiatan dari Labmend—menebarkan kartu ucapan ‘Selamat Datang Ramadhan’ pada pe¬ngendara mobil di Jakarta. Lucunya, remaja-remaja yang ikutan ternyata tidak dididik untuk memahami syariat yang sudah lumrah sekalipun. Mereka yang putri dengan enaknya hanya mengenakan celana jins dan T-Shirt model ketat
penghina Nabi........
Asal usul lukisan Nabi Muhammad saw
Bertahun-tahun diterbitkan gambar yang disebut sebagai gambar masa mudanya Nabi Muhammad saw di Iran. Masyarakat Iran di samping menunjukkan rasa suka terhadap gambar itu, mereka juga mempertanyakan keabsahannya. Sebagian menyebutkan bahwa gambar itu dilukis oleh pendeta Buhaira yang sempat mengiringi Nabi Muhammad saw bersama pamannya ke Syam. Pada kenyataannya, banyak yang meragukan jawaban ini.
Tulisan berikut ini adalah usaha untuk mencari sumber asli gambar masa muda Nabi Muhammad saw. Para penulis berusaha mengargumentasikan dari mana asal gambar itu. Namun, kelihatannya, masalah ini senantiasa terbuka untuk dijadikan kajian.
Tulisan ini adalah hasil terjemahan yang dilakukan oleh Rasul Ja’fariyah dari makalah yang judul aslinya The Story of Picture Shiite Depictions of Muhammad, Pierree Centlivre & Micheline Centlivres-Demont dalam majalah ISIM Review 17, Spring 2006, hal 18-19.
Syiah Iran punya pengalaman yang cukup panjang dalam menggambarkan keluarga Nabi Muhammad saw dan Nabi sendiri. Pada akhir-akhir dekade 90 –an poster yang menggambarkan wajah Nabi Muhammad saw di cetak di Iran dan menjadi salah satu poster terlaris. Dalam poster itu menggambarkan wajah masa muda dari Nabi Muhammad saw.
Saat ini, poster ini dicetak dengan mempergunakan teknologi modern dengan alat dan teknik yang beragam. Sekalipun demikian, struktur gambar masih mempertahankan gaya tradisionalnya. Warna yang dipakai masih mempertahankan kesederhanaan. Namun, tetap saja memiliki kelebihan yang membedakannya secara mudah dari gambar yang lain seperti pedang Ali as yang memiliki dua mata.
Penggambaran yang akan kami bawakan berbeda dengan penggambaran sebelumnya. Gambar seorang pemuda tampan, mata sendu dan wajah yang menenangkan hati mengingatkan orang akan gambar-gambar di zaman Renaisan. Terutama gambar-gambar tentang pemuda yang dilukis oleh Caravagio seperti lukisan Boy Carrying a Fruit Basket yang berada di galeri Borghese, Roma dan lukisan Saint John The Baptist di museum Capitole. Kelembutan bak beludru, mulut yang setengah terbuka dan tatapan sendu.
Sekalipun ada beberapa naskah dari gambar ini, namun semuanya menunjukkan kesan muda dan di bawahnya tertulis “Muhammad Rasulullah”, bahkan sebagian memberikan informasi lebih detil tentang periode kehidupan Nabi ketika lukisan ini dilukis serta sumber lukisan sekaligus.
Penemuan menarik
Pada tahun 2004, ketika menyaksikan pameran foto dua orang seni rupa Lehnert dan Landrock, secara tidak disengaja akhirnya tersingkap juga sumber poster Iran itu. Itu dapat dilihat di foto Lehnert sepanjang tahun 1904-1906 yang diambilnya di Tunisia. Foto ini kemudian pada dekade 20 –an dicetak dalam kartu ucapan selamat.
Radolf Franz Lehnert (1878-1948) adalah warga negara Chekoslowakia sekarang. Pada tahun 1904 bersama Ernst Heinrich Landorck (1878-1966) berkebangsaan Jerman, bersama-sama menuju Tunisia. Lehnert sebagai fotografer dan Landrock sebagai penerbit dan direktur. Tahun sebelumnya, Lehnert pernah tinggal sebentar di Tunisia. Saat itulah ia jatuh cinta dengan alam di sana dan penduduknya. Keduanya membangun perusahaan L & L yang beroperasi di bidang penerbitan foto-foto dari pemandangan indah Tunisia dan Mesir. Hasilnya adalah ribuan foto dan kartu dengan gambar daerah ini yang dicetak.
Lehnert pernah mengenyam pendidikan di Yayasan Seni Grafis di Vienna. Ia punya hubungan dengan anggota Pictorialist yang menganggap foto sebagai karya seni. Foto-foto Lehnert tidak saja berbicara mengenai gurun pasir, bukit-bukit pasir, pasar dan kawasan penduduk Tunisia, tapi juga foto-foto dari remaja putra dan putri yang umurnya antara anak dan remaja dan masih memiliki wajah antara laki dan wanita. Foto-foto ini biasanya diambil sesuai dengan pesanan pembeli Eropanya. Foto tentang dunia Timur yang memberikan nuansa lain.
Lehnert sangat memanfaatkan kesempatan ini, namun ia juga mengolah kejeniusannya dalam menyiapkan karyanya. Foto-fotonya dicetak dalam bentuk perak, dalam bentuk gambar timbul dan dibuat dalam empat warna. Kebanyakan dari kartu ucapan selamatnya ini dicetak di Jerman sejak tahun 1920 dan disebarkan di Mesir.
Cetakan-cetakan dan teks yang sesuai
Tidak diragukan bahwa kartu yang ditunjukkan dalam bentuk 1, berdasarkan penomoran L & L, nomornya adalah 106 dikenal dengan poster Iran. Yang lebih menarik nama kartu nomor 106 adalah Muhammad. Ini dengan sendirinya dapat menunjukkan mengapa pelukis Iran menjadikannya sebagai model untuk lukisan Nabi Muhammad saw. Tidak ragu lagi, semua naskah yang ada dari foto ini menjadikan foto nomor 106 sebagai contoh dengan perbedaan bahwa naskah pertama lebih sesuai dengan foto yang asli. Dengan demikian, Lehnert tanpa disengaja ditempatkan dalam hati sebuah legenda.
Pertanyaan mengenai hubungan antara wajah Nabi Muhammad saw dan wajah remaja Tunisia belum mendapatkan jawabannya. Lukisan seorang remaja tertawa dengan mulut setengah terbuka, memakai sorban dan bunga melati di telinga. Wajah yang sama dalam kartu yang lain dengan judul Ahmad, seorang remaja Arab dan lain-lainnya.
Kami belum mampu menyingkap perjalanan foto yang dicetak di dekade 20 –an yang sampai di tangan penerbit Teheran dan Qom di dekade 90 –an. Namun, masih ada pertanyaan apa yang menyebabkan penerbit Iran menemukan adanya kesamaan antara wajah Nabi Muhammad semasa remajanya dengan seorang remaja Tunisia?
Sebelum perang dunia pertama, gambar Muhammad di majalah National Geographic pada bulan Januari tahun 1914 dalam sebuah artikel dengan judul “Inja va Anja Dar Shumal Afriqa” (Di sana dan di sini di Utara Afrika), di bawahnya tertulis “Arabi ba Yek Gol” (Seorang Arab dengan sebuah bunga). Pada dekade dua puluhan, kartu seri Tunisia L & L sangat disukai oleh tentara Prancis di Utara Afrika. Pada dekade 80 dan 90 –an banyak buku yang dicetak yang memuat foto-foto ini, namun judulnya bukan Muhammad.
Naskah Iran yang sekarang sudah ada perubahan. Wajah yang menipu itu masih terjaga, namun keindahan wajahnya agak berkurang. Pundak sebelah kirinya agak lebih tertutup dengan kain, mulut dan matanya sudah mengalami perbaikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa seniman Iran berusaha untuk mengurangi sisi keindahan foto Lehnert, sehingga foto itu tidak lagi terlalu menarik dan diberikan tambahan agar terlihat sebagai orang suci.
Akar Kristen?
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, sebagian tulisan menganggap bahwa hasil karya ini punya hubungan dengan Kristen dan bukan Islam. Masalah ini memberi justifikasi tidak berdosanya seorang muslim melihat wajah Nabi atau melukiskannya. Lebih dari pada itu, orang-orang Kristen menganggap Nabi Muhammad saw sejak mudanya sebagai pribadi yang suci. Kisah pendeta Kristen Katolik atau Ortodoks bernama Buhaira menyimpulkan itu. Berdasarkan kisah itu, pada abad 9 atau 10 Buhaira berusaha mencari Nabi Muhammad saw berdasarkan tanda-tanda yang dimiliki Nabi di antara pundaknya. Nabi akan datang semestinya berkata: “Ketika saya menengok ke langit dan bintang-bintang, saya merasa di atas bintang-bintang”. Ini juga sebuah alasan disebagian gambar Nabi Muhammad saw ada latar belakang bintang-bintang.
Sekalipun sampai saat ini tidak ada penggambaran tentang wajah Nabi Muhammad saw di masa mudanya, namun penggambaran itu ada dalam bentuk dewasanya. Disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki kulit putih, mata hitam, alis yang tebal,gGigi teratur dan rambut bergelombang. Bentuk yang digambarkan itu dapat ditemukan dalam poster Iran. Pada hakikatnya ini adalah sebuah gambar dari sebuah gambar lain. Dengan kata lain, pelukis Iran mengambil model Nabi Muhammad saw yang mencerminkan keindahan, keremajaan dan keserasian
Bertahun-tahun diterbitkan gambar yang disebut sebagai gambar masa mudanya Nabi Muhammad saw di Iran. Masyarakat Iran di samping menunjukkan rasa suka terhadap gambar itu, mereka juga mempertanyakan keabsahannya. Sebagian menyebutkan bahwa gambar itu dilukis oleh pendeta Buhaira yang sempat mengiringi Nabi Muhammad saw bersama pamannya ke Syam. Pada kenyataannya, banyak yang meragukan jawaban ini.
Tulisan berikut ini adalah usaha untuk mencari sumber asli gambar masa muda Nabi Muhammad saw. Para penulis berusaha mengargumentasikan dari mana asal gambar itu. Namun, kelihatannya, masalah ini senantiasa terbuka untuk dijadikan kajian.
Tulisan ini adalah hasil terjemahan yang dilakukan oleh Rasul Ja’fariyah dari makalah yang judul aslinya The Story of Picture Shiite Depictions of Muhammad, Pierree Centlivre & Micheline Centlivres-Demont dalam majalah ISIM Review 17, Spring 2006, hal 18-19.
Syiah Iran punya pengalaman yang cukup panjang dalam menggambarkan keluarga Nabi Muhammad saw dan Nabi sendiri. Pada akhir-akhir dekade 90 –an poster yang menggambarkan wajah Nabi Muhammad saw di cetak di Iran dan menjadi salah satu poster terlaris. Dalam poster itu menggambarkan wajah masa muda dari Nabi Muhammad saw.
Saat ini, poster ini dicetak dengan mempergunakan teknologi modern dengan alat dan teknik yang beragam. Sekalipun demikian, struktur gambar masih mempertahankan gaya tradisionalnya. Warna yang dipakai masih mempertahankan kesederhanaan. Namun, tetap saja memiliki kelebihan yang membedakannya secara mudah dari gambar yang lain seperti pedang Ali as yang memiliki dua mata.
Penggambaran yang akan kami bawakan berbeda dengan penggambaran sebelumnya. Gambar seorang pemuda tampan, mata sendu dan wajah yang menenangkan hati mengingatkan orang akan gambar-gambar di zaman Renaisan. Terutama gambar-gambar tentang pemuda yang dilukis oleh Caravagio seperti lukisan Boy Carrying a Fruit Basket yang berada di galeri Borghese, Roma dan lukisan Saint John The Baptist di museum Capitole. Kelembutan bak beludru, mulut yang setengah terbuka dan tatapan sendu.
Sekalipun ada beberapa naskah dari gambar ini, namun semuanya menunjukkan kesan muda dan di bawahnya tertulis “Muhammad Rasulullah”, bahkan sebagian memberikan informasi lebih detil tentang periode kehidupan Nabi ketika lukisan ini dilukis serta sumber lukisan sekaligus.
Penemuan menarik
Pada tahun 2004, ketika menyaksikan pameran foto dua orang seni rupa Lehnert dan Landrock, secara tidak disengaja akhirnya tersingkap juga sumber poster Iran itu. Itu dapat dilihat di foto Lehnert sepanjang tahun 1904-1906 yang diambilnya di Tunisia. Foto ini kemudian pada dekade 20 –an dicetak dalam kartu ucapan selamat.
Radolf Franz Lehnert (1878-1948) adalah warga negara Chekoslowakia sekarang. Pada tahun 1904 bersama Ernst Heinrich Landorck (1878-1966) berkebangsaan Jerman, bersama-sama menuju Tunisia. Lehnert sebagai fotografer dan Landrock sebagai penerbit dan direktur. Tahun sebelumnya, Lehnert pernah tinggal sebentar di Tunisia. Saat itulah ia jatuh cinta dengan alam di sana dan penduduknya. Keduanya membangun perusahaan L & L yang beroperasi di bidang penerbitan foto-foto dari pemandangan indah Tunisia dan Mesir. Hasilnya adalah ribuan foto dan kartu dengan gambar daerah ini yang dicetak.
Lehnert pernah mengenyam pendidikan di Yayasan Seni Grafis di Vienna. Ia punya hubungan dengan anggota Pictorialist yang menganggap foto sebagai karya seni. Foto-foto Lehnert tidak saja berbicara mengenai gurun pasir, bukit-bukit pasir, pasar dan kawasan penduduk Tunisia, tapi juga foto-foto dari remaja putra dan putri yang umurnya antara anak dan remaja dan masih memiliki wajah antara laki dan wanita. Foto-foto ini biasanya diambil sesuai dengan pesanan pembeli Eropanya. Foto tentang dunia Timur yang memberikan nuansa lain.
Lehnert sangat memanfaatkan kesempatan ini, namun ia juga mengolah kejeniusannya dalam menyiapkan karyanya. Foto-fotonya dicetak dalam bentuk perak, dalam bentuk gambar timbul dan dibuat dalam empat warna. Kebanyakan dari kartu ucapan selamatnya ini dicetak di Jerman sejak tahun 1920 dan disebarkan di Mesir.
Cetakan-cetakan dan teks yang sesuai
Tidak diragukan bahwa kartu yang ditunjukkan dalam bentuk 1, berdasarkan penomoran L & L, nomornya adalah 106 dikenal dengan poster Iran. Yang lebih menarik nama kartu nomor 106 adalah Muhammad. Ini dengan sendirinya dapat menunjukkan mengapa pelukis Iran menjadikannya sebagai model untuk lukisan Nabi Muhammad saw. Tidak ragu lagi, semua naskah yang ada dari foto ini menjadikan foto nomor 106 sebagai contoh dengan perbedaan bahwa naskah pertama lebih sesuai dengan foto yang asli. Dengan demikian, Lehnert tanpa disengaja ditempatkan dalam hati sebuah legenda.
Pertanyaan mengenai hubungan antara wajah Nabi Muhammad saw dan wajah remaja Tunisia belum mendapatkan jawabannya. Lukisan seorang remaja tertawa dengan mulut setengah terbuka, memakai sorban dan bunga melati di telinga. Wajah yang sama dalam kartu yang lain dengan judul Ahmad, seorang remaja Arab dan lain-lainnya.
Kami belum mampu menyingkap perjalanan foto yang dicetak di dekade 20 –an yang sampai di tangan penerbit Teheran dan Qom di dekade 90 –an. Namun, masih ada pertanyaan apa yang menyebabkan penerbit Iran menemukan adanya kesamaan antara wajah Nabi Muhammad semasa remajanya dengan seorang remaja Tunisia?
Sebelum perang dunia pertama, gambar Muhammad di majalah National Geographic pada bulan Januari tahun 1914 dalam sebuah artikel dengan judul “Inja va Anja Dar Shumal Afriqa” (Di sana dan di sini di Utara Afrika), di bawahnya tertulis “Arabi ba Yek Gol” (Seorang Arab dengan sebuah bunga). Pada dekade dua puluhan, kartu seri Tunisia L & L sangat disukai oleh tentara Prancis di Utara Afrika. Pada dekade 80 dan 90 –an banyak buku yang dicetak yang memuat foto-foto ini, namun judulnya bukan Muhammad.
Naskah Iran yang sekarang sudah ada perubahan. Wajah yang menipu itu masih terjaga, namun keindahan wajahnya agak berkurang. Pundak sebelah kirinya agak lebih tertutup dengan kain, mulut dan matanya sudah mengalami perbaikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa seniman Iran berusaha untuk mengurangi sisi keindahan foto Lehnert, sehingga foto itu tidak lagi terlalu menarik dan diberikan tambahan agar terlihat sebagai orang suci.
Akar Kristen?
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, sebagian tulisan menganggap bahwa hasil karya ini punya hubungan dengan Kristen dan bukan Islam. Masalah ini memberi justifikasi tidak berdosanya seorang muslim melihat wajah Nabi atau melukiskannya. Lebih dari pada itu, orang-orang Kristen menganggap Nabi Muhammad saw sejak mudanya sebagai pribadi yang suci. Kisah pendeta Kristen Katolik atau Ortodoks bernama Buhaira menyimpulkan itu. Berdasarkan kisah itu, pada abad 9 atau 10 Buhaira berusaha mencari Nabi Muhammad saw berdasarkan tanda-tanda yang dimiliki Nabi di antara pundaknya. Nabi akan datang semestinya berkata: “Ketika saya menengok ke langit dan bintang-bintang, saya merasa di atas bintang-bintang”. Ini juga sebuah alasan disebagian gambar Nabi Muhammad saw ada latar belakang bintang-bintang.
Sekalipun sampai saat ini tidak ada penggambaran tentang wajah Nabi Muhammad saw di masa mudanya, namun penggambaran itu ada dalam bentuk dewasanya. Disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki kulit putih, mata hitam, alis yang tebal,gGigi teratur dan rambut bergelombang. Bentuk yang digambarkan itu dapat ditemukan dalam poster Iran. Pada hakikatnya ini adalah sebuah gambar dari sebuah gambar lain. Dengan kata lain, pelukis Iran mengambil model Nabi Muhammad saw yang mencerminkan keindahan, keremajaan dan keserasian
Langganan:
Postingan (Atom)
aNdA tAmu kE ..........!!!!
About Me
- zan
- bekaSi, baratlah, Indonesia
- w ituh apah yach ..............hum kta temanqu aq ituh Lutcu,,mAniEzZ bGd,,kEras kepaLa,,gokiL,,nARsiiis,,bae,,udah ah sgituh aJah,,biZ caPe......hihihihi